Tulisan ini diambil dari sini
![]() |
Gambar diambil dari sini |
Assalamualaikum,
Sebagaimana yang kita maklumi bahawa, komunikasi
dengan tulisan melalui jaringan internet atau yang lebih dikenal dengan
'chatting' baru muncul dan popular beberapa tahun terakhir. Yaitu, tepatnya
setelah ditemui jaringan internet. Karena itu dalam kitab-kitab ulama terdahulu
khususnya buku fiqh, istilah ini tidak akan ditemui. Namun asas bagi hukum
'chatting' ini sebenarnya sudah dibahas oleh ulama, jauh sebelum jaringan
internet ditemukan.
'Chatting' dengan lawan jenis yang bukan mahram sama halnya
dengan berbicara melalui telepon, SMS, dan berkiriman surat. Semuanya ada
persamaan. Iaitu sama-sama berbicara antara lawan jenis yang bukan mahram.
Persamaan ini juga mengandung adanya persamaan hukum. Karena itu,
ada dua perkara berkaitan yang perlu kita bahas sebelum kita lebih jauh
membicarakan hukum 'chatting' itu sendiri.
Pertama, adalah hukum bicara dengan lawan jenis yang
bukan mahram.
Kedua, adalah hukum khalwat.
Berbicara antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram
pada dasarnya tidak dilarang apabila pembicaraan itu memenuhi syarat-syarat
yang sudah ditentukan oleh syara'. Seperti pembicaraan yang mengandungi
kebaikan, menjaga adab-adab kesopanan, tidak menyebabkan fitnah dan tidak
khalwat. Begitu jika hal yang penting atau berhajat umpamanya hal jual beli,
kebakaran, sakit dan seumpamanya maka tidaklah haram.
Dalam sejarah kita lihat bahwa isteri-isteri Rasulullah
SAW berbicara dengan para sahabat, ketika menjawab pertanyaan yang mereka
ajukan tentang hukum agama. Bahkan ada antara isteri Nabi SAW yang menjadi guru
para sahabat selepas wafatnya baginda iaitu Saidatina Aisyah RA.
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman yang artinya:
"Karena itu janganlah kamu (isteri-isteri Rasul)
tunduk(yakni melembutkan suara) dalam berbicara sehingga orang yang dalam
hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang
baik". (QS. al-Ahzab: 32)
Imam Qurtubi menafsirkan kata 'Takhdha'na'
(tunduk) dalam ayat di atas dengan arti lainul qaul (melembutkan
suara) yang memberikan rasa ikatan dalam hati. Yaitu menarik hati orang yg
mendengarnya atau membacanya adalah dilarang dalam agama kita.
Artinya pembicaraan yang dilarang adalah pembicaraan yang
menyebabkan fitnah dengan melembutkan suara. Termasuk di sini adalah kata-kata
yang diungkapkan dalam bentuk tulisan. Karena dengan tulisan seseorang juga
bisa mengungkapkan kata-kata yang menyebabkan seseorang merasakan hubungan
istimewa, kemudian menimbulkan keinginan yang tidak baik.
Termasuk juga dalam melembutkan suara adalah kata-kata atau
isyarat yang mengandung kebaikan, namun ia boleh menyebabkan fitnah. Iaitu
dengan cara dan bentuk yang menyebabkan timbulnya perasaan khusus atau
keinginan yang tidak baik pada diri lawan bicara yang bukan mahram. Baik dengan
suara ataupun melalui tulisan.
Jika ada unsur-unsur demikian ia adalah dilarang meskipun
pembicara itu mempunyai niat yang baik atau niatnya biasa-biasa saja.
Adapun khalwat, hukumnya dilarang dalam agama Islam.
Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW yang artinya:
"Janganlah ada di antara kalian yang berkhalwat dengan
seorang wanita kecuali dengan mahramnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Khalwat adalah perbuatan menyepi yang dilakukan oleh laki-laki
dengan perempuan yang bukan mahram dan tidak diketahui oleh orang lain.
Perbuatan ini dilarang karena ia dapat menyebabkan atau memberikan peluang
kepada pelakunya untuk terjatuh dalam perbuatan yang dilarang.
Kerana ada sabda Nabi SAW bermaksud:
"Tiadalah seorang lelaki dan perempuan itu jika mereka
berdua-duaan melainkan syaitanlah yg ketiganya." (Hadis Sahih)
Khalwat bukan saja dengan duduk berduaan. Tetapi
berbual-bual melalui telepon di luar keperluan syar'i juga dikira
berkhalwat. Karena mereka sepi dari kehadiran orang lain, meskipun fisikal
mereka tidak berada dalam satu tempat. Namun melalui telepon mereka lebih bebas
membicarakan apa saja selama berjam-jam tanpa merasa dikawal oleh sesiapa
Dan haram juga ialah perkara-perkara syahwat yang
membangkitkan hawa nafsu contohnya yang berlaku pada kebanyakkan muda-mudi atau
remaja-remaja sekarang dimana sms atau email atau Facebook atau seumpamanya
menjadi alat untuk memadu kasih yang memuaskan nafsu di antara pasangan dan
masing-masing melunaskan keinginan dan keseronokkan semata-mata. Membincangkan
perkara-perkara lucah lebih-lebih lagi hukumnya adalah haram.
Kesimpulan :
Hukum chatting sama dengan menelepon sebagai mana yang
sudah kita terangkan di atas. Artinya chatting di luar keperluan yang
syar'i termasuk khalwat. Begitu juga dengan sms. Walaupun dengan niat
berdakwah. Karena berdakwah kepada jenis lawan bukanlah suruhan agama kerana
Allah telah menetapkan untuk berdakwah kepada lelaki adalah lelaki juga, begitu
juga sebaliknya.
Namun bila ada tuntutan syar'i yang darurat, maka itu
diperbolehkan sesuai keperluan. Tentunya dengan syarat-syarat yang sudah kita
jelaskan di atas. Di sinilah menuntut kejujuran kita kpd Allah dalam
mengukur sejauhmana urusan kita itu satu keperluan atau mengikut nafsu
semata-mata. Dan kejujuran itu pula bergantung sejauhmana iman kita kepada
Allah. Jika muraqabatillah kita kuat (yakni merasa diri sentiasa dalam
pandangan Allah), maka itu yang akan menjadi pengawal kita. Jika tidak maka
kita akan hanyut bersama orang-orang yang terpedaya dengan teknologi moden ini.
Na'uzubillah.
Agak menyedihkan juga dengan kenyataan saudari, bahawa dalam
suasana nyata saudari amat menjaga batas pergaulan dengan lelaki bukan mahram,
namun di alam siber saudari bebas berbual mesra tanpa batasan syara'. Saya
percaya ramai remaja muslimah yang terjebak ke dalam situasi yang syubhah ini.
Internet sangat baik untuk kita, dimana ia memudahkan banyak
urusan kita tapi jika kita menyalahgunakannya akan membawa akibat buruk kepada
akhlak dan masyarakat kita.
Semoga jawapan ini dapat memandu para muslim dan muslimah
remaja atau dewasa dalam melayari kehidupan yang penuh ujian keimanan ini.
Alangkah bahagianya jika para remaja muslim dan muslimah
yang terdiri daripada para intelek hari ini berpegang teguh kepada tali agama
iaitu taat kepada perintah dan larangan Allah dalam setiap urusan hidupnya.
Semoga dengan itu Allah akan menurunkan rahmah-Nya kepada kita semua.
Dan semoga Allah menjauhkan kita dari segala fitnah dunia
yang sangat manis pada pandangan mata.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Semoga mendapat manfaat.
Wallahu a'lam.
Ustazah Shahidah Sheikh Ahmad, IKRAM Johor
0 comments:
Post a Comment